Powered By Blogger

Selasa, 17 Januari 2012

Skripsi Kesehatan Masyarakat

Skripsi


GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS
 DI WILAYAH KERJA POLRES MAMUJU
TAHUN 2005-2009









MUH. YUSMAN
0610002



BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA
MAKASSAR
2010

ABSTRAK


MUH. YUSMAN
”GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS DI WILAYAH KERJA POLRES MAMUJU TAHUN 2005-2009” (di bimbing oleh Baharuddin dan Nilal Fauziah)
xi + 61 halaman +  12 tabel + 8 grafik + 9 lampiran

            Kecelakaan adalah suatu kejadian tak terduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktifitas yang telah diatur (Sulaksmono, 1997).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran epidemiologi tentang kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah kerja Polres Mamuju tahun 2005-2009. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Populasinya adalah seluruh korban kecelakaan lalu lintas yang terdata dalam buku induk Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Mamuju tahun 2005-2009. Sampel diambil secara exchaustive sampling melalui data sekunder yang sumbernya berasal dari buku induk Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Mamuju yaitu hanya pada kasus kecelakaan lalu lintas dari tahun 2005-2009. Pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang telah dianalisa dengan narasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kecelakan lalu lintas pada tahun 2005-2009 yaitu sebesar 43 korban hingga 113 korban dengan total sebanyak 361 korban. Korban kecelakaan lalu lintas di wilayah Polres Mamuju berdasarkan jenis kelamin pada kelompok laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Korban kecelakaan lalu lintas terbanyak pada kelompok umur 30-39 tahun pada tahun 2005-2009. Berdasarkan waktu kejadian, terjadinya kecelakaan lalu lintas terbanyak pada siang hari dan jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas terbanyak terjadi pada bulan Januari-Maret. Kejadian kecelakaan lalu lintas berdasarkan tempat, Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Kalukku merupakan lokasi kecelakaan tertinggi.
Dalam upaya untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan lalu lintas disarankan untuk senantiasa menggunakan pengaman seperti seat belt, penggunaan helm ketika mengemudikan kendaraan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan jalan raya, dalam hal ini sikap hati-hati dan kesabaran.

Kata Kunci : Kecelakaan lalu lintas, Orang, Tempat, Waktu
Daftar Pustaka : 20 (1995-2010)





KATA PENGANTAR



           
Alhamdulillahirrabbil’alamien. Kalimat itulah yang membuat air mata penulis menetes. Kalimat itu pula yang membuat hati ini berderai gembira karena syukur padaNya. Allah adalah sumber kekuatan yang menggerakkan hati dan akal, menggelorakan semangat dalam dada yang sudah lelah terlalu lama. Allah, Dialah segalanya. Kalimat itu pula merupakan suatu untaian kata yang patut penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, ridho, dan nikmat dari-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul Gambaran Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009”.
            Shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW, sosok yang selama ini membuat penulis kangen. Setiap kali mendengar namanya disebut, ingin sekali penulis bertemu dan bertanya tentang kenapa beliau begitu gigih berjuang untuk ummat ini. Apa yang menjadi inspirasi amal beliau? Semoga saja penulis bisa bertemu dengan Nabi Muhammad dan keluarganya di jannah-Nya kelak. Amien.
            Alhamdulillah, penulisan skripsi ini telah selesai, walaupun masih terdapat kekurangan, di samping kekurangan manusiawi dalam setiap pekerjaan. Kekurangan merupakan ciri manusia. Penulis memohon dan berdoa kepada Allah, semoga amal penulis diterima. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan koreksi, saran dan kritikan yang tentunya mempunyai sifat yang sangat membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
            Akhirnya, penulis ucapkan rasa terima kasih kepada semua yang turut andil membantu dalam proses penulisan skripsi ini:
1.      Bapak H. Rahmat Haris, SE, selaku ketua Yayasan Pendidikan Tamalatea (YPT) Makassar.
2.      Ibu Hj. Dra. Hj. Nuraeny R, M.Kes selaku ketua STIK Tamalatea Makassar.
  1. Bapak Baharuddin, SKM, M.Kes dan Ibu dr. Hj. Nilal Fauziah, M.Kes selaku pembimbing I dan pembimbing II yang sangat penuh kesabaran meluangkan waktu untuk memberikan perhatian dan bimbingan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan skripsi ini.
  2. Bapak/Ibu dosen beserta seluruh staf STIK-TM yang telah memberikan keluasan wawasan berfikir dan nalar kepada penulis, serta memberikan dasar-dasar keilmuan yang sangat berguna bagi pengembangan diri penulis.
  3. Bapak I Made Sentana selaku kepala unit kecelakaan lalu lintas yang telah memberikan banyak bantuan selama peneliti melakukan penelitian.
  4. Sepupuku : Untang, Amat, Maman, Ardi yang telah memberikan dorongandan motivasi selama menempuh kuliah.
  5. Sahabat-sahabatku tercinta yang telah banyak menemani dalam suka dan duka : Emin, Janna, Usu, Syams, Atto, David, dido, Yani.
  6. Kak Azal, SKM, cM.Kes yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini sampai selesai pada tahap yang diinginkan.
  7. Seluruh Keluarga Besar Angkatan 2006 STIK-TM, serta teman-teman di Jurusan Epid dan Biostatistik.
            Akhirnya, penulis menghaturkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda H. Mahading dan Ibunda Sitti Ama atas jasa, pengorbanan dan doa yang tiada putus-putusnya diberikan sejak penulis masih berada dalam kandungan hingga dilahirkan sampai sekarang yang walaupun dengan berapa banyak ucapan terima kasih takkan mampu membalas semua jasa dan pengorbanan tersebut. Kepada kakak-kakakku Ima, Uchu, Unhu serta teman setiaku  Hajrah yang selalu menemaniku, penulis menghaturkan ucapan terima kasih atas segala dukungan moril selama penulis menempuh kuliah.
            Semua yang namanya termaktub dalam skripsi ini, penulis bersyukur kepada Allah dapat hidup bersama kalian dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan pertolongan. Semoga Allah tetap menjadi sebaik-baik penolong bagi kalian, dan semoga Allah menerima amal baik kita. Sesungguhnya Dialah sebaik-baiknya tempat bergantung. Amin Ya Rabbal Alamin.
Makassar,    Desember  2010
           
                                                                           Penulis










DAFTAR ISI
                                                                                                               Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................       i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................      ii
ABSTRAK.........................................................................................................     iii
KATA PENGANTAR......................................................................................     iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................    vii
DAFTAR TABEL............................................................................................     ix
DAFTAR GRAFIK..........................................................................................      x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................     xi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................      1
  1. Rumusan Masalah...................................................................................      5
  2. Tujuan Penelitian.....................................................................................      5
  3. Manfaat Penelitian..................................................................................      6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Tentang Kecelakaan Lalu Lintas..................................      7
B.     Tinjauan Umum Tentang Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas...........    15
C.     Tinjauan Umum Tentang Jenis Luka.......................................................    17
D.    Tinjauan Umum Tentang Orang..............................................................    18
E.     Tinjauan Umum Tentang Tempat............................................................    23
F.      Tinjauan Umum Tentang Waktu.............................................................    24

BAB III KERANGKA KONSEP
  1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti...................................................    26
  2. Pola Pikir Penelitian Variabel yang Diteliti.............................................    27
  3. Definisi Operasional................................................................................    28
BAB IV METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian........................................................................................    30
B.     Lokasi Penelitian.....................................................................................    30
C.     Populasi dan Sampel...............................................................................    30
D.    Pengumpulan Data..................................................................................    31
E.     Pengolahan dan Penyajian Data..............................................................    31
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.     Hasil Penelitian........................................................................................    32
B.     Pembahasan.............................................................................................    48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan..............................................................................................    59
B.     Saran........................................................................................................    60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan adalah suatu kejadian tak terduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktifitas yang telah diatur (Sulaksmono, 1997). Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejap mata, dan setiap kejadian terdapat empat faktor dalam satu kesatuan berantai, yakni ; lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia (Bennett, 1995).
Kecelakaan dapat saja terjadi pada setiap saat dan di mana saja. Namun kecelakaan itu lebih sering terjadi pada keadaan manusia bergerak dan berlalu lintas dan lalu lintas itu terjadi hampir pada setiap detik kehidupan manusia dan terjadi dimana-mana. Kesibukan lalu lintas terjadi di darat, laut dan udara. Hingga dewasa ini perhatian masih banyak ditujukan pada lalu lintas di darat walaupun masalah lalu lintas di laut dan udara tidak kalah menariknya. Penekanan pembiacaraan selanjutnya akan hanya diarahkan pada kecelakaan lalu lintas darat.
Sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat, beberapa masalah penting kecelakaan lalu lintas adalah masalah yang cukup  komplek, sekitar 90% disebabkan oleh faktor manusia (human factor), kecelakaan lalu lintas dapat terjadi di udara, laut dan darat, serta angka kejadian dan kematian yang tinggi (Bustan dalam Amin, 2008).
Masalah kecelakaan lalu lintas jalan raya sampai saat ini masih mendapat perhatian serius baik di negara maju maupun di negara berkembang. Akibat kecelakaan lalu lintas, kerugian materiil dan non materiil yang diderita oleh pemerintah dan masyarakat sangatlah besar.
Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization, menyatakan bahwa kurang lebih 1,2 juta orang di seluruh dunia telah meninggal dan 23 juta terluka akibat kecelakaan transportasi jalan setiap tahun. Jumlah ini setara 2,2% dari seluruh jumlah kematian di dunia (global mortality) dan menempati urutan ke sembilan dari sepuluh penyebab kematian, dibawah kematian akibat penyakit malaria. Pada tahun 2020, WHO memperkirakan jumlah kematian di seluruh dunia akibat kecelakaan naik menjadi 2,3 juta setiap tahun, berada di urutan ke tiga setelah Ischemic heart disease dan Unipolar major depression (Republika Newsroom, 2010).
Nampak bahwa jumlah kematian akibat kecelakaan lalulintas di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Namun demikian, apabila kita telusuri lebih mendalam, angka kematian akibat kecelakaan lalulintas untuk model kendaraan tertentu, misalnya sepeda motor, maka tidak nampak perbedaan yang signifikan antara negara berkembang dan negara maju. Sebagai contoh, pada tahun 2004, angka kematian pengendara sepeda motor per 10.000 sepeda motor terdaftar di Malaysia adalah sebesar 6.6, di Amerika angkanya 6.7 (Sulistio, 2004). Untuk Indonesia, penulis belum dapat menyajikan angka semacam ini disebabkan kesulitan memperoleh data yang lengkap.
Masalah yang berat terjadi di negara-negara Asia Pasifik, di mana proporsi kendaraan bermotor di dunia hanya 16% namun angka kematian akibat kecelakaan mencapai 44% dari total kematian kecelakaan transportasi jalan di dunia (Republika Newsroom, 2010).
Permasalahan yang ada di sepuluh negara anggota ASEAN, 75.000 orang telah meninggal dan lebih dari 4,7 juta mengalami luka-luka akibat kecelakaan di jalan raya dalam tahun 2003. Kerugian yang ditimbulkan cukup besar, yaitu 15 milyar USD, nilai ini setara 2,2% Gross Domestic Product (GDP) untuk regional ASEAN. Estimasi kerugian terbesar terjadi di Indonesia yakni sebesar 6,03 milyar USD (2,91% dari GDP) diikuti oleh Thailand sebesar 3 milyar USD (2,1% GDP). Apabila tidak ada upaya perbaikan keselamatan, diperkirakan 385.000 USD orang meninggal dan 24 juta luka-luka akibat kecelakaan dengan total kerugian sebesar 88 milyar USD akan ditanggung oleh 10 negara anggota ASEAN dalam lima tahun yang akan datang (Komisi Kepolisian Indonesia, 2009).
Hal di atas memperlihatkan bahwa kematian akibat kecelakaan lalulintas telah menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup manusia, dan telah menjadi masalah sosial dan ekonomi yang serius baik di negara berkembang maupun di negara maju, sehingga diperlukan perhatian dan upaya luar biasa untuk mengatasi hal tersebut.
Di Indonesia, jumlah korban kecelakaan di jalan tahun 2005 mencapai 33.827 orang, dimana 36 persen (12.178 orang) meninggal dunia. Itu berarti, diantara 100 orang yang mengalami kecelakaan terdapat 36 orang meninggal dunia.  Angka tersebut juga berarti bahwa dalam satu hari terdapat 33 orang meninggal karena kecelakaan di jalan. Jika ditinjau dari golongan umur, hampir 50 persen korban berusia antara 15 - 21 tahun, sehingga pemerintah menyatakan bahwa kecelakaan lalu lintas digolongkan sebagai pembunuh nomor 3 di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke (Lintas berita, 2009).
Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, selama periode 2004 hingga 2008 kasus kecelakaan lalu lintas di wilayah Sulselbar telah mencapai angka 60.809 kasus. Korban luka ringan mencapai 43.458 orang, luka berat 24.355 orang, dan korban meninggal 15.963 jiwa. Mengenai usia korban sebagian besar masih tergolong produktif. Terkait hal tersebut, ada empat faktor penyebab utama terjadinya kecelakaan lalulintas, yakni kondisi kendaraan, kondisi jalan, lingkungan serta pengendara. Dengan rincian, faktor kendaraan sebanyak 2.803 kali kecalakaan, faktor jalan 1.842 kali, faktor lingkungan 577 kali, faktor manusisa 35.557 kali dan 1.266 kali faktor lainnya (Antaranews, 2010).
Adapun di Kabupaten Mamuju, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2005 jumlah kecelakaan sebanyak 35 kasus dengan jumlah korban mencapai 43 orang, tahun 2006 jumlah kecelakaan sebanyak 31 kasus dengan jumlah korban 55 orang, tahun 2007 jumlah kecelakaan sebanyak 35 kasus dengan jumlah korban mencapai 43 orang. Tahun 2008, jumlah kecelakaan meningkat menjadi 67 kasus dengan jumlah korban mencapai 107 orang dan tahun 2009 juga mengalami peningkatan menjadi 67 kasus dengan jumlah korban 113 orang (Data Unit Laka Polres Mamuju, 2010).
Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat dari tahun ke tahun akan membuat rasa khawatir semakin bertambah di tengah morak-marik peristiwa epidemiologi yang kian marak terjadi akhir-akhir ini. Di samping itu kecelakaan tidak memandang jenis kelamin, usia, pekerjaan ataupun status.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat menetapkan suatu masalah pokok, yaitu :
1.    Bagaimana gambaran epidemiologi kecelakaan lalu lintas berdasarkan orang di wilayah kerja Polres Mamuju tahun 2005-2009 ?
2.    Bagaimana gambaran epidemiologi kecelakaan lalu lintas berdasarkan tempat di wilayah kerja Polres Mamuju tahun 2005-2009 ?
3.    Bagaimana gambaran epidemiologi kecelakaan lalu lintas berdasarkan waktu di wilayah kerja Polres Mamuju tahun 2005-2009 ?

C. Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran epidemiologi tentang kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah kerja Polres Mamuju tahun 2005-2009.
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui gambaran kecelakaan lalu lintas berdasarkan umur.
b.    Untuk mengetahui gambaran kecelakaaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin.
c.    Untuk mengetahui gambaran kecelakaaan lalu lintas berdasarkan tingkat kefatalan.
d.   Untuk mengetahui gambaran kecelakaaan lalu lintas berdasarkan tempat.
e.    Untuk mengetahui gambaran kecelakaaan lalu lintas berdasarkan waktu.

D. Manfaat Penelitian
  1. Manfaat bagi pemerintah dan instansi terkait.
Penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan arah kebijakan perencanaan kesehatan khususnya dalam menekan angka kejadian kecelakaan lalu lintas.
  1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan.
      Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan referensi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti berikutnya.
  1. Manfaat bagi Peneliti.
Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam rangka memperluas wawasan dan pengetahuan tentang masalah yang merupakan gambaran epidemiologi kecelakaan lalu lintas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Tentang Kecelakaan Lalu Lintas
1.      Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses aktivitas yang telah diatur (Sulaksmono, 1997). Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejab mata, dan setiap kejadian terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni ; lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia (Bennett, 1995).
Kecelakaan dapat terjadi setiap saat dan dimana saja. Kecelakaan bisa terjadi di darat, laut dan udara tetapi umumnya terjadi di dunia transportasi atau lalu lintas dalam bentuk kecelakaan lalu lintas.
2.      Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas
Penyebab dasar terjadinya kecelakaan, menurut Sulaksmono (1997) diakibatkan karena faktor :
a.       Hereditas (keturunan)
      Misalnya :
1.      Keras kepala.
2.      Pengetahuan lingkungan jelek.
Karena hal tersebut di atas akhirnya kurang hati-hati dan akibatnya akan terjadi kecelakaan.
b.      Kesalahan manusia
Kelemahan sifat perseorangan yang menunjang terjadinya kecelakaan.
Misalnya :
1.      Kurang pendidikan
2.      Angkuh
3.      Cacat fisik atau mental
Karena sifat di atas, timbul kecenderungan kesalahan dalam kerja yang akhirnya mengakibatkan kecelakaan.
c.       Perbuatan salah karena kondisi bahaya (tidak aman)
      Misalnya :
1.      Secara fisik/mekanik meninggalkan alat pengaman
2.      Pencahayaan tidak memadai
3.      Mesin sudah tua
4.      Mesin tidak ada pelindungnya
d.      Kesalahan (accident)
      Misalnya :
1.      Akan menimpa diri sendiri
2.      Mengakibatkan kecelakaan orang lain (termasuk keluarganya)
e.       Dampak kerugian
      Misalnya :
1.      Kerusakan pada tubuh korban seperti luka, patah, luka bakar, dll.
2.      Kerusakan pada harta benda seperti stress yang berlebihan pada sesuatu alat baru akan memberikan akibat setelah beberapa lama kemudian.
      Secara hierarki, ada tiga penyebab kecelakaan yaitu :
a.      Penyebab Langsung
      Penyebab langsung adalah sebab-sebab secara langsung mengakibatkan terjadinya sebuah kecelakaan. Penyebab langsung biasanya dibedakan ke dalam dua kriteria, yaitu :
1.      Tindakan tidak aman
      Contoh tindakan tidak aman adalah mengoperasikan alat tanpa izin, mengoperasikan alat di atas batas kecepatan maksimum,    menggunakan  alat yang tidak lengkap.
2.      Kondisi tidak aman
      Contoh kondisi tidak aman adalah alat atau perkakas yang rusak,          rambu-rambu tidak lengkap, kurangnya lampu penerangan, temperatur yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
b.      Penyebab Dasar
            Yang dimaksud dengan penyebab dasar adalah hal-hal yang            mengakibatkan atau mendorong penyebab langsung. Penyebab dasar dibedakan dalam dua kategori, yaitu :
1.   Faktor personal
      Yang dimaksud dengan faktor personal adalah faktor-faktor di dalam diri  korban yang mendorong dirinya untuk melakukan tindakan tidak aman. Contohnya adalah kurang pengetahuan, kemampuan yang kurang (baik secara fisik maupun kejiwaan), stress, dan motivasi yang tidak tepat. Misalnya rangsangan bonus akan menyebabkan seseorang untuk mengendarai kendaraan di atas batas kecepatan yang telah ditentukan.
2.   Faktor pekerjaan
      Contoh faktor pekerjaan adalah kepemimpinan yang kurang,      peralatan dan material kurang, standar kerja kurang.
c.       Kurang Kendali (Lack of Control)
      Kurang kendali dapat diterjemahkan sebagai kegagalan manajemen dalam memenuhi dan menegakkan standar yang ada di dalam perusahaan. Contohnya adalah pelatihan yang kurang, tidak terjadwalnya inspeksi terencana, atau analisa kecelakaan salah.
3.      Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas
                  Adapun beberapa faktor risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu :
a.       Faktor manusia
Faktor manusia memiliki kontribusi terbesar sebagai penyebab kecelakaan sebesar 75%. Faktor manusia terdiri dari pengemudi, penumpang dan pengguna jalanan. Seorang pengemudi harus memiliki keterampilan mengemudi yang baik, kesehatan yang mendukunng dan memilik SIM. Pengemudi yang baru belajar mengemudi biasanya memiliki risiko yang tinggi untuk mendapatkan kecelakaan, karena pengemudi tersebur belum menguasai secara pasti tata cara yang baik dalam mengemudi, selain itu bisa pula merugikan orang lain baik pejalan kaki maupun pengemudi yang lain yang sudah mahir. Permasalahan seperti ini biasanya dianggap bukan hal yang penting, padahal sepantasnya seseorang yang belum mahir dalam mengemudi tidak berhak untuk mengemudi, oleh karena itu pemberian dan kepemilikan SIM juga adalah hal yang perlu diperhatikan. Sebaiknya orang yang akan diberi SIM diberikan tes yang menguji kemampuan orang tersebut mengemudikan kendaraan. Terkhusus bagi kendaraan yang memuat penumpang yang banyak melebihi kapasitas agar berhati-hati karena hal ini juga dapat memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas. Biasanya pejalan kaki adalah sasaran empuk bagi pengemudi yang ugal-ugalan dan sebenarnya belum mampu mengemudi. Pejalan kaki juga seharusnya berjalan pada tempatnya, seperti di trotoar untuk menghindari risiko kecelakaan lalu lintas. Faktor pengemudi berkaitan dengan perilaku pengemudi (seperti tidak disiplin, ngebut, mengantuk, mabuk, letih, dsb), kecakapan pengemudi (pengemudi baru/lama, banyak pengalaman dalam mengemudi, dsb), dan umur pengemudi (umur pengemudi kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun).
b.      Faktor kendaraan
Kontribusi faktor kendaraan untuk menyebabkan kecelakaan adalah sebesar 5%. Jalan raya dimanfaatkan oleh berbagai jenis kendaraan baik kendaraan bermotor (sepeda motor, mobil pribadi, bus, truk, bemo roda tiga, oplet, dsb). Kendaraan bermotor dan mobil lebih memiliki risiko yang tinggi terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. Namun diantara berbagai jenis kendaraan yang memberi kontribusi terbesar untuk terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah sepeda motor. Tercatat bahwa sepeda motor adalah kendaraan yang paling memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan lalu lintas, karena terkadang pengemudi sepeda motor menyetir motornya secara ugal-ugalan dengan menyelip-nyelipkan motornya diantara kumpulan mobil.
c.       Faktor jalanan
Faktor ini memberikan kontribusi untuk kecelakaan lalu lintas adalah sebesar 5%. Faktor jalanan terdiri dari keadaan fisik jalanan dan ketersediaan rambu-rambu lalu lintas. Jalan yang dipenuhi dengan rambu-rambu lalu lintas dapat mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Karena rambu tersebut bisa menjadi peringatan bagi pengguna jalan. Kemacetan di jalan raya dapat menyebabkan kecelakaan, begitu pula jalanan yang sepi rawan terhadap kecelakaan karena memancing pengguna jalan yang menggunakan kendaraan untuk ngebut. Keadaan jalan yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah struktur jalanan (datar/mendaki/menurun, lurus/berkelok-kelok), kondisi jalanan (mulus/berlubang-lubang/berbatu-batu), luas jalanan (jalan tol, lorong sempit), dan status jalanan (jalan desa/jalan propinsi/negara)
d.      Faktor lingkungan
Faktor ini memberikan kontribusi untuk menyebabkan kecelakaan lalu lintas sebesar 1 %. Yang termasuk dalam faktor ini adalah kondisi cuaca dan geografik. Adanya kabut, hujan, dan jalan licin dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas (Wikipedia, 2010).
4.      Upaya Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas
Sebuah teori yang bernama Teori Domino, dalam teorinya itu menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang menimbulkan cedera, terdapat lima faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai lima domino yang berdiri sejajar, yaitu (Heinrich dalam Pratiwi Amin, 2008) :
a.       Kebiasaan
b.      Kesalahan seseorang
c.       Perbuatan dan kondisi tidak aman (hazard)
d.      Kecelakaan
e.       Cedera
Heinrich mengemukakan bahwa hazard diambil, akan memutuskan rangkaian sebab akibat, hingga tidak terjadi kecelakaan. Hal ini merupakan kunci dari usaha pencegahan kecelakaan. Teori domino Heinrich ini membawa perubahan besar dalam cara berpikir orang yang berkecimpung dalam usaha mencegah kecelakaan dan dianut di berbagai negara.
Birds memodifikasikan teori domino Heinrich dengan menemukakan teori Management yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu (Birds dalam Pratiwi Amin, 2008) :
a.       Manajemen
b.      Sumber
c.       Gejala-gejala
d.      Kontak
e.       Kerugian
Dalam teori Birds itu dikemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil apabila kita mulai memperbaiki tentang manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dibawah standar atau unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions hanya merupakan penyebab seketika suatu kecelakaan, merupakan gejala dari penyebab utama akibat kesalahan manajemen. Dalam penelitiannya, Birds mengemukakan bahwa setiap satu kecelakaan berat disertai oleh 10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka.
Berpacu pada teori-teori di atas, maka upaya-upaya yang diambil untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas antara lain :
a.       Menggencarkan upaya penerangan kepada pengemudi kendaraan mengenai kecelakaan lalu lintas termasuk faktor risiko, kerugian yang ditimbulkan, maupun upaya untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas.
b.      Meningkatkan operasi kelayakan fisik kendaraan sehingga para pengemudi lebih memperhatikan kelayakan dan kesiapan fisik kendaraannya untuk dikemudikan.
c.       Memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan.
d.      Senantiasa menggunakan pengaman seperti seat belt, penggunaan helm ketika mengemudikan kendaraan.
e.       Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan jalan raya, dalam hal ini sikap hati-hati dan kesabaran.
f.       Perluasan jalan dan penambahan jalan alternatif bisa mengurangi kepadatan lalu lintas dan bisa mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas.
g.      Penempatan pos-pos pelayanan terhadap bantuan kecelakaan lalu lintas juga bisa meminimalisir jumlah korban, penanganan secara langsung terhadap korban juga bisa mencegah tingginya jumlah korban yang terluka parah atau mati. Selain itu, dengan adanya pos pelayanan ini masyarakat juga dapat ditinjau dan diamati secara langsung, sehingga mereka lebih berhati-hati.
B.     Tinjauan Umum Tentang Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas.
Dipandang dari sudut epidemiologi, kecelakaan adalah suatu kejadian sebagai akibat dan interaksi antara 3 komponen, yaitu agent, host serta environment. Agen pada penyakit menular berbeda dengan agent pada kecelakaan, dimana pada penyakit menular penyebabnya dapat berupa bakteri tunggal, sedangkan pada kecelakaan diperlukan beberapa faktor penyebab. Seperti pada kecelakaan lalu lintas, penyebabnya dapat berupa keadaan jalan, keadaan kendaraan dan pengemudi.
Host adalah orang yang mempunyai risiko untuk ditimpa oleh suatu problem penyakit dan yang menjadi host dalam kecelakaan lalu lintas adalah pejalan kaki, pengendara dan penumpang kendaraan bermotor. Sedangkan dari faktor lingkungan yaitu lingkungan fisik, biologis, dan sosial. Dalam kecelakaan lalu lintas yang penting adalah faktor lingkungan fisik, misalnya : keadaan cuaca, penerangan, kondisi jalan dan desain dari kendaraan. Termasuk lingkungan sosial, peraturan lalu lintas, disiplin masyarakat dan lain-lain. Berdasarkan konsep trias epidemiologi, bila tercapai ketidakseimbangan antara manusia, agent dan lingkungan maka akan terjadi kecelakaan.
Kecelakaan lalu lintas di Indonesia lebih banyak terjadi di daerah perkotaan bila dibandingkan dengan daerah pedesaan. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh jumlah kendaraan yang berbeda. Beberapa akibat dari kecelakaan lalu lintas mulai dari luka ringan sampai korban jiwa lebih tinggi di jalanan arteri karena mereka yang mengalami kecelakaan kebanyakan memakai sepeda motor yang langsung ke jalanan aspal kurang terlindungi.
Korban kecelakaan lalu lintas paling banyak adalah yang berumur 15-44 tahun. Masyarakat kota lebih banyak terkena risiko kecelakaan lalu lintas. Akan tetapi bila orang desa tertimpa kecelakaan, ia akan mengalami akibat yang lebih serius. Penyebabnya pengendara motor di desa cenderung mengemudikan kendaraan dengan laju kencang karena sepi. Keberadaan jalan baru di negara berkembang cenderung meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas (dalam Pratiwi Amin, 2008).


C.     Tinjauan Umum Tentang Jenis Luka
Adapun akibat-akibat fisik yang ditimbulkan oleh kecelakaan lalu lintas antara lain :
1.    Luka lecet
     Luka lecet adalah kerusakan yang paling ringan tetapi dapat juga menimbulkan akibat yang lebih parah bila tidak diobati.
2.    Luka compang-camping
     Kebanyakan luka akibat kecelakaan lalu lintas adalah luka compang-camping yang demikian ini proses penyembuhannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
3.    Luka yang menganga
     Luka semacam ini mempunyai akibat yang hebat dan akan berakhir dengan kematian bila terlambat mendapat pertolongan kadang disertai patah tulang bahkan dapat menyebabkan kematian.
4.    Gegar otak
     Gegar otak ada dua tingkatannya, ada ringan maupun berat sekali atau disertai perdarahan otak yang umumnya fatal. Gegar otak dapat menyebabkan orang tidak sadar berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk menghindari hal-hal yang berakibat fatal tersebut. Alangkah baiknya jika menggunakan helm pengaman bila mengendarai roda dua atau safety belt bila mengendarai mobil.


5.    Invalid
     Adalah orang yang tidak berdaya, tidak bisa melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya, invalid bisa bersifat sementara, misalnya terjadi kekakuan dengan cara latihan yang intensif atau melalui operasi.
6.    Meninggal
     Cedera kepala merupakan cedera yang paling berbahaya dan menjadi penyebab utama kematian. Keadaan ini umumnya terjadi pada pengendara sepeda motor (dalam Pratiwi Amin, 2008).
D.     Tinjauan Umum Tentang Orang.
Perbedaan sifat/keadaan karakteristik individu secara tidak langsung dapat memberikan perbedaan pada sifat atau keadaan keterpaparan maupun derajat risiko serta reaksi individu terhadap setiap keadaan keterpaparan, sangat berbeda atau dapat dipengaruhi oleh berbagai sifat karakteristik tertentu. Pertama, faktor  genetik yang lebih bersifat tetap seperti jenis kelamin, ras, data kelahiran dan lain-lain. Kedua, faktor biologis yang berhubungan erat dengan kehidupan biologis seperti umur, status gizi, kehamilan, dan lain-lain. Ketiga, faktor perilaku yang berpengaruh seperti mobilitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal dan sebagainya (Nur Nasry Noor, 2008).
1.      Umur
Umur yang merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang dalam studi epidemiologi menjadi variabel yang cukup penting karena sejumlah penyakit yang ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh umur. Peranan variabel umur menjadi cukup penting antara lain karena : Pertama, studi tentang hubungan variasi suatu penyakit dengan umur dapat memberikan gambaran tentang faktor penyebab penyakit tersebut. Kedua, umur dapat merupakan faktor sekunder yang harus diperhitungkan dalam mengamati atau meneliti perbedaan frekuensi penyakit terhadap variabel lainnya.
Selain faktor tersebut di atas, umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama, karena umur mempunyai hubungan yang erat dengan keterpaparan. Umur juga mempunyai hubungan dengna besarnya risiko terhadap penyakit tertentu serta sifat resistensi pada berbagai kelompok umur tertentu
Penyebaran kelompok umur dalam masyarakat biasanya mudah didapatkan berdasarkan kurva atau piramida penduduk yang tersedia atau hasil sensus penduduk. Dalam hal penggunaan umur untuk nilai-nilai insidensi dan prevalensi harus pula memperhatikan struktur umur penduduk demikian pula bila ingin menggunakan umur secara merata agar memperhatikan cara standarisasi, mengingat komposisi umur penduduk tidak semuanya sama.
2.      Jenis kelamin
Variabel jenis kelamin merupakan salah satu variabel diskriptif yang dapat memberikan perbedaan angka kejadian pada pria dan wanita. Dalam hal perbedaan kejadian penyakit pada perbedaan jenis kelamin harus dipertimbangkan pula berbagai variabel lain seperti umur atau variabel lainnya yang mempunyai perbedaan menurut jenis kelamin.
Pada berbagai peristiwa penyakit tertentu, rasio jenis kelamin harus selalu diperhitungkan, karena bila suatu penyakit lebih tinggi frekuensinya pada pria dibanding wanita, tidak selalu berarti bahwa pria mempunyai risiko lebih tinggi, karena hal ini juga dipengaruhi oleh rasio jenis kelamin pada populasi tersebut. Selain itu harus pula diperhitungkan tentang adanya perbedaan ekspresi maupun keluhan penyakit-penyakit tertentu menurut perbedaan jenis kelamin. Pada umumnya keluhan beberapa penyakit tertentu lebih terbuka pada pria daripada wanita. Perbedaan frekuensi kejadian penyakit menurut jenis kelamin dapat pula disebabkan karena pengaruh jenis kelamin terhadap pengunaan sarana kesehatan yang tersedia. Pelayanan kesehatan primer lebih benyak dikunjungi oleh wanita dan anak-anak dibandingkan kaum pria, sehingga kemungkinan angka penyakit yang tercatat akan berbeda menurut jenis kelamin.
3.      Kelas sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengna angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan, maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
4.      Jenis pekerjaan
Pekerjaan umumnya lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan tingkat atau derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan kerja dan sifat social ekonomi karywan pada pekerjaan tertentu. Ada berbagai hal yang mungkin berhubungan erat dengan sifat pekerjaan seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan, serta tingkat pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan pekerja. Di lain pihak sering pula dijumpai pekerja dari suatu jenis pekerjaan tertentu bermukim di lokasi pemukiman yang tertentu pula, sehingga sangat erat hubungannya dengan lingkungan tempat tinggal mereka.
Pekerjaan juga dapat mempunyai hubungan erat dengan status sosial ekonomi, sedangkan pada berbagai jenis penyakit yang dapat mempengaruhi pendapatan keluarga. Angka kematian bayi umpamanya sangat erat hubungannya dengan jenis pekerjaan dan pendapatan keluarga, serta telah diketahui bahwa pada umumnya angka kematian bayi dan balita meningkat pada status sosial ekonomi rendah.
5.      Status perkawinan
Status perkawinan mempunyai peranan yang cukup penting, baik terhadap derajat kerentanan. Dalam hal ini keterangan tentang status kawin dan tidak kawin, cerai, janda maupun duda merupakan variabel dalam penentuan status perkawinan. Variabel status perkawinan seperti tersebut diatas erat pula hubungannya dengan lingkungan sosial, kebiasaan hidup serta ketentuan hukum berlaku, yang berhubungan dengan status perkawinan, seperti boleh tidaknya berpoligami, mudah tidaknya terjadi perceraian serta kebiasaan dan pandangan masyarakat terhadap hidup sendiri bagi laki-laki maupun bagi wanita.
Kegunaan informasi tentang variabel status perkawinan pada pengamatan epidemiologi ialah untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pasangan suami istri. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih sering didapati suami istri yang menderita penyakit menahun dan keadaan ini bukan secara kebetulan tetapi sangat erat hubungannya sebagai akibat pengaruh lingkungan dan cara hidup pasangan suami istri.
6.      Status sosial ekonomi
Dalam menganalisis faktor sosial ekonomi harus disadari bahwa ada berbagai variabel lain yang sangat erat hubungannya dengan status sosial ekonomi sehingga faktor sosial ekonomi ini merupakan salah satu karakteristik tentang faktor orang yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Status sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan jenis pekerjaan serta besarnya pendapatan keluarga juga berhubungan dengan lokasi tempat tinggal, kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan, jenis rekreasi keluarga dan lain sebagainya. Status sosial ekonomi erat pula hubungannya dengan faktor psikologi individu dan keluarga dalam masyarakat (Nur Nasry Noor, 2008).
E.     Tinjauan Umum Tentang Tempat.
Peranan karakteristik faktor tempat dalam studi epidemiologi erat hubungannya dengan lokasi fisik seperti sifat geologi dan keadaan tanah, keadaan iklim setempat yang erat hubungannya dengan tropis, subtropis dan daerah beriklim dingin. Selain itu faktor tempat dapat pula dipengaruhi oleh sifat flora dan fauna setempat, kepadatan penduduk dan kepadatan rumah tangga, jenis faktor penyebab serta jenis vector penyakit setempat. Di lain pihak, faktor tempat erat pula hubungannya dengan kebiasaan hidup serta adat penduduk setempat, sifat perkembangan maupun sistem ekonomi penduduk, sitem pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, serta berbagai hal yang berhubungan dengan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, lingkungan biologis maupun lingkungan sosial (Nur Nasry Noor, 2008).
Dalam analisis epidemiologi adanya perbedaan keadaan atau frekuensi penyakit dalam masyarakat berdasarkan tempat dapat timbul karena berbagai hal tertentu.
1.      Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis, administrasi maupun keadaan urban terhadap rural.
2.      Perbedaan tersebut timbul karena unit ruang lingkup dimana variabel internal akan bertambah pada ruang lingkup yang lebih luas.
3.      Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan sistem pelayanan kesehatan, adanya perbedaan peraturan sistem klasifikasi penyakit serta cara dan standar diagnosa yang digunakan maupun perbedaan sistem pelaporan yang berlaku setempat, perbedaan situasi geografis, demografis pada pembagian administratif di berbagai tingkatan(Nur Nasry Noor, 2008).
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin berhubungan dengan satu atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut:
1.      Lingkungan fisik, kimia, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat lainnya.
2.      Konstitusi genetik dan etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti karakteristik demografi.
3.      Variasi cultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek hygiene perorangan, dan bahkan persepsi tentang sakit dan sehat.
4.      Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain(Nur Nasry Noor, 2008).
F.      Tinjauan Umum Tentang Waktu.
Proses perubahan yang berhubungan dengan perjalanan waktu membutuhkan pertimbangan tentang variabel tersebut dalam analisis berbagai faktor yang berhubungan dengan tempat dan orang. Di samping itu faktor waktu merupakan faktor yang cukup penting dalam menentukan definisi setiap ukuran epidemiologis serta merupakan komponen dasar dalam konsep penyebab.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu, yang meliputi jenis penyebab maupun keadaan serta kegiatan faktor penyebab yang mungkin mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Di samping itu perubahan berbagai faktor dari waktu ke waktu seperti perubahan jumlah dan komposisi umur penduduk, perubahan lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis dan sosial, perubahan kriteria penyakit serta alat diagnosa yang semakin canggih di samping kemajuan cara pengobatan maupun berbagai teknologi kedokteran. Di lain pihak terjadi pula perubahan pola penyakit dalam masyarakat dari waktu ke waktu sebagai akibat keberhasilan usaha pencegahan maupun usaha penanggulangan penyakit di samping munculnya berbagai masalah kesehatan lain dalam masyarakat.
Dalam hal perubahan pola penyakit dan keadaan penyakit dalam masyarakat, harus dipertanyakan pula tentang faktor apa yang menimbulkan perubahan tersebut? Apa faktor orang/pejamu, faktor penyebab / tingkat risiko dari keterpaparan, faktor lingkungan, atau interaksi ketiganya. Perubahan frekuensi penyakit dalam masyarakat menurut waktu, dapat berlangsung dalam waktu singkat, secara periodik maupun secara sekular. Dalam hal ini waktu dapat diukur dengan satuan apapun yang diinginkan, sesaat, tahunan, puluhan tahun bahkan berabad(Nur Nasry Noor, 2008).



























BAB III
KERANGKA KONSEP
A.     Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Transportasi darat merupakan salah satu sektor teknologi yang terus mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan jenis kendaraan yang semakin banyak dan arus lalu lintas yang dari hari ke hari semakin padat. Inovasi dalam bidang ini berjalan terus menerus seiring dengan kebutuhan manusia akan daya jangkau dan jelajah yang semakin besar. Akan tetapi di sisi lain, apabila tidak ditangani dengan baik teknologi ini dapat berubah menjadi mesin pembunuh yang sangat berbahaya.
Kecelakaan lalu lintas yang didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan lalu lintas sebagai suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
Dari hasil studi kepustakaan yang telah dikemukakan secara sistematis berdasarkan prinsip kajian teori sebelumnya, memberikan landasan teori maupun asumsi mengenai kerangka konsep yang akan diteliti.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka pada penelitian ini, peneliti akan meneliti tiga karakteristik epidemiologi kecelakaan lalu lintas yakni karakteristik orang, karakteristik tempat, dan karakteristik waktu. Adapun rincian penjelasan sebagai berikut :

  1. Karakteristik orang
      Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin dan tingkat kefatalan yang terlibat korban kecelakaan lalu lintas.
  1. Karakteristik tempat
      Karakteristik tempat adalah variasi geografis pada terjadinya kecelakaan lalu lintas atau keadaan lain yang mungkin berhubungan dengan satu atau lebih dari beberapa faktor diantaranya adalah wilayah rawan kecelakaan.
  1. Karakteristik waktu
      Karakteristik waktu adalah beberapa hal yang berkaitan dengan timbulnya kecelakaan lalu lintas yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu, perubahan frekuensi kejadian kecelakaan lalu lintas dalam masyarakat menurut waktu, dapat berlangsung dalam waktu singkat, secara periodik maupun secara sekuler. Dalam hal ini siang/malam dan bulan kejadian merupakan variabel-variabel yang dapat diukur dalam waktu singkat.

B.     Pola Pikir Variabel yang Diteliti
Untuk memudahkan pemahaman makna secara sederhana hubungan variabel yang termasuk dalam epidemiologi kecelakaan lalu lintas dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :







                              










C.     Definisi Operasional
1.      Kecelakaan lalu lintas adalah korban kecelakaan lalu lintas yang terlibat kecelakaan di darat berdasarkan hasil pencatatan kepolisian yang tercatat dalam buku induk Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Mamuju tahun 2005-2009.
2.      Orang
a.       Umur adalah  jumlah tahun yang dihitung sejak tahun kelahiran sampai             saat dilakukan penelitian sesuai yang tercantum dalam buku induk.
b.      Jenis kelamin adalah faktor keturunan yang terkait dengan perbedaan   hormonal yang terdiri atas laki-laki atau perempuan sebagaimana yang          tercatat dalam buku induk Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres.
c.       Tingkat kefatalan adalah diagnosis kecelakaan yang dilakukan oleh petugas kepolisian pada korban setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Diklasifikasikan atas : meninggal, luka ringan, luka berat, dan selamat.
3.      Tempat
Wilayah rawan kecelakaan adalah lokasi rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas berdasarkan wilayah pembagian kerja Polres beserta jajarannya sesuai yang tercatat dalam buku registrasi unit kecelakaan lalu lintas. Diklasifikasikan atas : Polres Mamuju.
4.      Waktu adalah periode pencacatan kecelakaan lalu lintas yang dinyatakan    dalam satuan waktu tahunan kalender sesuai periode penelitian yaitu 5            tahunan yang dihitung sejak tahun 2005 hingga tahun 2009.
a.         Siang/malam adalah waktu kejadian kecelakaan lalu lintas mulai dari pagi hari hingga malam hari, sesuai dengan yang tercatat pada buku induk.
b.      Bulan adalah bulan kejadian berdasarkan bulan kalender sesuai dengan             yang tercatat pada laporan bulanan unit kecelakaan lalu lintas Polres       Mamuju. Diklasifikasikan atas : bulan Januari s/d Desember.

BAB IV
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Dengan penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji distribusi kecelakaan lalu lintas berdasarkan fakta yang tercatat di dalam laporan. Sampel yang diteliti yaitu diperoleh dari status korban/pelaku kecelakaan lalu lintas dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 di Polres Mamuju, yang mencakup waktu kejadian, umur, jenis kelamin, tingkat kefatalan, dan wilayah kecelakaan.
B.     Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Kepolisian Resor Kabupaten Mamuju Tahun  2010. Polres Mamuju terletak di Jalan KS Tubun yang berada di pusat kota.
C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
      Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh korban kecelakaan lalu lintas yang terdata dalam buku induk Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Mamuju tahun 2005-2009 yaitu sebanyak 361 populasi.
  1. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah exchaustive sampling. Sampel diambil melalui data sekunder berasal dari buku induk Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Mamuju yaitu hanya pada kasus kecelakaan lalu lintas selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2005-2009 yaitu sebanyak 361 sampel.
D.    Pengumpulan Data
Data tentang karakteristik korban kecelakaan berasal dari buku induk Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Mamuju tahun 2005 sampai tahun 2009.  Data ini ditelusuri dan dikumpulkan dengan tahap sebagai berikut :
1.      Peneliti meminta izin kepada pihak instansi untuk melakukan penelitian.
2.      Menyiapkan check list dengan mencantumkan identitas korban beserta variabel-variabel yang diteliti.
3.      Membaca dengan seksama data registrasi pelanggaran kecelakaan lalu lintas dari tahun 2005-2009.
4.      Memindahkan data identitas korban beserta variabel – variabelnya ke dalam daftar check list.
E.     Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah dan disusun dengan sistem komputerisasi yaitu dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi untuk kemudian dianalisa dengan narasi.




BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kepolisian Resor (Polres) Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Pengumpulan data mulai dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober sampai dengan tanggal 03 November 2010. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data registrasi kecelakaan lalu lintas yang diambil di unit kecelakaan lalu lintas Polres Mamuju selama periode tahun 2005-2009 dengan jumlah korban kecelakaan sebanyak 361 orang. Setelah dilakukan pengolahan data, hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
1.    Karakteristik Umum Pelaku/Korban Kecelakaan
               Pada tahap ini dilakukan analisis sebaran frekuensi persentase variabel tunggal yang termasuk karakteristik umum pelaku/korban maupun data-data hasil pencatatan dari buku induk unit kecelakaan lalu lintas Polres Mamuju yang dianggap perlu.
a.    Karakteristik berdasarkan kelompok umur pelaku/korban kecelakaan
          Kelompok umur dibagi menjadi tujuh kelompok umur, dengan interval kelas masing-masing sepuluh.



Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Kelompok Umur Di Wilayah Kerja Polres Mamuju
Tahun 2005-2009
Kelompok Umur (tahun)
Jumlah (n)
Persen (%)
<10
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
≥60
18
84
75
106
58
14
6
5.0
23.3
20.8
29.4
16.1
3.9
1.7
Total
361
100
Sumber : Data Sekunder
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa kelompok umur tertinggi berada pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu 106 pelaku/korban kecelakaan (29.4%), sedangkan terendah berada pada kelompok umur ≥60 tahun yaitu 6 pelaku/korban kecelakaan (1.7%).
b.    Karakteristik berdasarkan jenis kelamin pelaku/korban kecelakaan
Jenis kelamin pelaku/korban kecelakaan lalu lintas di wilayah kerja Polres Mamuju tahun 2005-2009, seperti pada Grafik berikut :
Sumber : Data Sekunder
Grafik 1 :    Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009
          Dari Grafik 1 menunjukkan bahwa paling banyak pelaku/korban jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 78.7% dan paling sedikit pelaku/korban dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 21.3%.
c.    Karakteristik berdasarkan pendidikan pelaku/korban kecelakaan
          Tingkat pendidikan dibagi atas lima tingkatan yaitu tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat diploma/S1/perguruan tinggi. Seperti pada grafik berikut :
Sumber : Data Sekunder
Grafik 2 :    Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009.

          Dari Grafik 2 memperlihatkan bahwa paling banyak pelaku/korban berpendidikan SMA yaitu sebesar 34.3% dan paling sedikit pelaku/korban berpendidikan Diploma/Perguruan Tinggi yaitu sebesar 6.4%.


d.    Karakteristik berdasarkan pekerjaan pelaku/korban kecelakaan
          Pekerjaan pelaku/korban sebagian masih bekerja, namun ada juga yang tidak bekerja.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Pekerjaan
Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009

Pekerjaan
Jumlah (n)
Persen (%)
Tidak bekerja
PNS/TNI/Polri
Wiraswasta
Petani/buruh tani
Pelajar/Mahasiswa
Lain-lain
64
36
63
88
82
28
17.7
10.0
17.5
24.4
22.7
7.8
Total
361
100
              Sumber : Data Sekunder
          Data tabel 5.2 menunjukkan bahwa paling banyak pelaku/korban kecelakaan petani/buruh tani yaitu sebanyak 88 pelaku/korban (24.4%), sedangkan yang paling sedikit sebanyak 28 pelaku/korban yaitu bekerja sebagai tukang, pengemudi, dan lain-lain.
e.    Karakteristik berdasarkan tingkat kefatalan pelaku/korban kecelakaan
          Tingkat kefatalan pelaku/korban dibagi atas tiga bagian, yaitu meninggal dunia, luka berat dan luka ringan.



Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Tingkat Kefatalan Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009

Tingkat Kefatalan
Jumlah (n)
Persen (%)
Meninggal dunia
Luka berat
Luka ringan
216
82
63
59.8
22.7
17.5
Total
361
100
Sumber : Data Sekunder
          Dari tabel 5.3, menunjukkan bahwa pelaku/korban kecelakaan lebih banyak meninggal dunia yaitu sebanyak 216 pelaku/korban (59.8%), sedang paling sedikit hanya mengalami luka ringan yaitu sebanyak 63 pelaku/korban (17.5%).
f.     Karakteristik berdasarkan waktu kejadian (siang/malam)
          Waktu kejadian yang dikategorikan siang atau malam, dapat dilihat pada tabel berikut :
Sumber : Data Sekunder
Grafik 3 :    Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Waktu Kejadian (siang/malam) Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009.

          Dari Grafik 3, menunjukkan bahwa waktu kejadian kecelakaan, lebih banyak terjadi pada siang hari yaitu sebesar 83.9%, sedang pada malam hari hanya 16.1%.
g.    Karakteristik berdasarkan bulan kejadian kecelakaan
          Bulan kejadian kecelakaan dibagi menjadi pertiga bulan dengan empat kategori, yaitu Januari-Maret, April-Juni, Juli-September, dan Oktober-Desember.
Sumber : Data Sekunder
Grafik 4 :    Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Bulan Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009.

          Berdasarkan Grafik 4, menunjukkan bahwa pada kejadian kecelakaan lalu lintas pada bulan Januari-Maret yaitu sebanyak 125 kejadian (34.6%), sedangkan pada bulan Oktober-Desember sebanyak 69 kejadian (19.1%).
h.    Karakteristik berdasarkan tahun kejadian kecelakaan
          Angka kejadian kecelakan pertahun dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini :
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Tahun
Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009

Tahun
Jumlah (n)
Persen (%)
2005
2006
2007
2008
2009
43
55
43
107
113
11.9
15.2
11.9
29.6
31.3
Total
361
100
Sumber : Data Sekunder
          Dari data tabel 5.4, menunjukkan bahwa paling banyak kejadian kecelakaan lalu lintas pada tahun 2009 yaitu sebanyak 113 kejadian (31.3%), dan paling sedikit terjadi kecelakaan pada tahun 2005 dan 2007 masing-masing sebanyak 43 kejadian (11.9%).
Sumber : Data Sekunder
Grafik 5 :    Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Tahun Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009

Grafik 5 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah korban kecelakaan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 terjadi kenaikan kasus korban kecelakaan dari 43 korban menjadi 55 korban dari tahun 2005. Kemudian meningkat lagi pada tahun 2008 menjadi 107 korban dari 43 korban dari tahun 2007. Pada tahun 2009 pun mengalami peningkatan kasus korban kecelakaan lalu lintas menjadi 113 korban kecelakaan.
i.      Karakteristik berdasarkan status kecelakaan
          Status kecelakaan dibagi atas tiga kategori yaitu korban, pelaku, dan korban tabrak lari.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Status Kecelakaan Di Wilayah Kerja Polres Mamuju
Tahun 2005-2009

Status Kecelakaan
Jumlah (n)
Persen (%)
Korban
Pelaku
Korban tabrak lari
275
77
9
76.2
21.3
2.5
Total
361
100
Sumber : Data Sekunder
          Data tabel 5.5 menunjukkan bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas lebih banyak menjadi korban yaitu sebesar 76.2%, dan paling sedikit korban tabrak lari yaitu sebesar 2.5%.
j.     Karakteristik berdasarkan lokasi rawan kecelakaan
          Wilayah kerja Polres Mamuju ada 15 wilayah kerja, yang dibagi atas dua kategori wilayah yaitu wilayah rawan kecelakaan dan tidak rawan kecelakaan.




Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Lokasi Rawan Kecelakaan Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009

Lokasi kecelakaan
Jumlah (n)
Persen (%)
Kecamatan Tapalang
Kecamatan Tapalang Barat
Kecamatan Simkep
Kecamatan Mamuju
Kecamatan Kalukku
Kecamatan Bonehau
Kecamatan Kalumpang
Kecamatan Papalang
Kecamatan Sampaga
Kecamatan Pangale
Kecamatan Tommo
Kecamatan Budong-budong
Kecamatan Tobadak
Kecamatan Topoyo
Kecamatan Karossa
23
16
14
63
63
4
5
27
28
22
9
15
8
29
35
6.4
4.4
3.9
17.5
17.5
1.1
1.4
7.5
7.8
6.1
2.5
4.2
2.2
8.0
9.7
Total
361
100
Sumber : Data Sekunder
Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan paling tinggi terjadi pada lokasi kecelakaan di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Kalukku yaitu masing-masing sebesar 17.5%, sedangkan jumlah kecelakaan yang terendah berada di Kecamatan Bonehau yaitu sebesar 1.1%.


2.    Analisis Variabel Penelitian
               Pada tahap ini dilakukan analisis antar variabel, untuk mengetahui gambaran kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama lima tahun.
a.    Karakteristik Orang
1)   Distribusi Umur
Di dalam kehidupan manusia umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dimana tiap-tiap kelompok tersebut memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan perkembangan psikologisnya.
Penelitian dilakukan pada korban dan pelaku kecelakaan lalu lintas yang terdata dalam buku registrasi pelanggaran di Polres Mamuju. Distribusi kecelakaan lalu lintas berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5.7
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Kelompok Umur
Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009

Kelompok
Umur (thn)
Tahun
Total
2005
2006
2007
2008
2009
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
<10
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
≥60
3
12
11
6
5
3
3
7.0
27.9
25.6
14.0
11.6
7.0
7.0
2
11
4
19
15
4
0
3.6
20.0
7.3
34.5
27.3
7.3
0
3
12
2
7
14
5
0
7.0
27.9
4.7
16.3
32.6
11.6
0
6
20
27
39
10
2
3
5.6
18.7
25.2
36.4
9.3
1.9
2.8
4
29
31
35
14
0
0
3.5
25.7
27.4
31.0
12.4
0
0
18
84
75
106
58
14
6
5.0
23.3
20.8
29.4
16.1
3.9
1.7
Total
43
100
55
100
43
100
107
100
113
100
361
100
Sumber : Data Sekunder
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi kecelakaan lalu lintas berdasarkan kelompok umur pada 5 tahun terakhir, ternyata tertinggi terdapat pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu sebesar 29.4% (106 kasus). Sedangkan yang terendah adalah kelompok umur ≥60 tahun yaitu sebesar 1,7% (6 kasus).
2)   Distribusi Jenis Kelamin
Distribusi kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin korban maupun pelaku dapat dilihat pada tabel 5.8 dan grafik 6.
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Tahun 2005-2009
Tahun
Total
2005
2006
2007
2008
2009
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-Laki
Perempuan
33
10
76.7
23.3
46
9
83.6
16.4
35
8
81.4
18.6
81
26
75.7
24.3
89
24
78.8
21.2
284
77
78.7
21.3
Total
43
100
55
100
43
100
107
100
113
100
361
100
Sumber : Data Sekunder
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 361 korban kecelakaan lalu lintas yang ditemukan selama 5 tahun terakhir, korban kecelakaan lalu lintas yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding jenis kelamin perempuan yaitu laki-laki dengan jumlah korban sebanyak 284 korban (78.7%) sedangkan perempuan 77 korban (21.3%).
Sumber : Data Sekunder
Grafik 6 :  Distribusi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Tahun dan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Periode Tahun 2005-2009.

Grafik 6 menunjukkan bahwa jumlah laki-laki yang terlibat kecelakaan pada tahun 2005 sebanyak 33 kasus. Tahun 2006 meningkat menjadi 46 kasus kecelakaan. Pada tahun 2007 turun menjadi 35 kasus, kemudian pada tahun 2008 dan 2009 mengalami peningkatan menjadi 81 dan 89 kasus. Sedangkan jumlah yang terlibat kecelakaan pada perempuan, sama halnya dengan laki-laki. Pada tahun 2005 hingga tahun 2007 jumlah kecelakaan cenderung stabil. Tahun 2008 dan 2009 mengalami peningkatan menjadi 26 dan 24 kasus yang melibatkan perempuan.
3)   Distribusi Tingkat Kefatalan
Distribusi kecelakaan lalu lintas berdasarkan kondisi kecelakaan yang dialami oleh korban maupun pelaku kecelakaan lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 5.9.


Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Tingkat Kefatalan
Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Periode Tahun 2005-2009

Tingkat Kefatalan
Tahun
Total
2005
2006
2007
2008
2009
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Meninggal
Luka berat
Luka ringan
34
9
0
79.1
20.9
0
37
11
7
67.3
20.0
12.7
27
9
7
62.8
20.9
16.3
59
21
27
55.1
19.6
25.2
59
32
22
52.9
28.3
19.5
216
82
63
59.8
22.7
17.5
Total
43
100
55
100
43
100
107
100
113
100
361
100
Sumber : Data Sekunder
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 361 orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang ditemukan selama 5 tahun terakhir, yang mengalami kematian (meninggal dunia) akibat kecelakaan lalu lintas menduduki posisi tertinggi sebanyak 216 korban (59.8%) diikuti luka berat 82 korban (22.7%), dan luka ringan 63 korban (17.5%).
b.    Karakteristik Tempat
Tempat dalam penelitian ini adalah lokasi rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas di wilayah Kabupaten Mamuju dan terdata dalam buku registrasi kecelakaan lalu lintas dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Distribusi kecelakaan lalu lintas berdasarkan lokasi kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.10.




Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan
Lokasi Rawan Kecelakaan Di Wilayah Kerja Polres Mamuju
Periode Tahun 2005-2009
Lokasi kecelakaan
Kategori wilayah
Total
Rawan kecelakaan
Tidak rawan kecelakaan
n
%
n
%
n
%
Kecamatan Tapalang
Kecamatan Tapalang Barat
Kecamatan Simkep
Kecamatan Mamuju
Kecamatan Kalukku
Kecamatan Bonehau
Kecamatan Kalumpang
Kecamatan Papalang
Kecamatan Sampaga
Kecamatan Pangale
Kecamatan Tommo
Kecamatan Budong-budong
Kecamatan Tobadak
Kecamatan Topoyo
Kecamatan Karossa
18
3
4
51
51
1
1
22
22
18
2
12
2
23
28
7.0
1.2
1.6
19.8
19.8
0.4
0.4
8.5
8.5
7.0
0.8
4.7
0.8
8.9
10.9
5
13
10
12
12
3
4
5
6
4
7
3
6
6
7
4.9
12.6
9.7
11.7
11.7
2.9
3.9
4.9
5.8
3.9
6.8
2.9
5.8
5.8
6.8
23
16
14
63
63
4
5
27
28
22
9
15
8
29
35
6.4
4.4
3.9
17.5
17.5
1.1
1.4
7.5
7.8
6.1
2.5
4.2
2.2
8.0
9.7
Total
258
100
103
100
361
100
Sumber : Data Sekunder                                                                              
Tabel 5.10, menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan selama lima tahun terakhir dari tahun 2005 hingga 2009 dari 361 korban, yang tertinggi terjadi didaerah Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Kalukku yaitu masing-masing sebesar 17.5%, dimana didaerah rawan kecelakan sebesar 19.8% dan tidak rawan kecelakaan sebesar 11.7%. Sedangkan jumlah kecelakaan terendah berada didaerah Kecamatan Bonehau yaitu sebesar 1.1%.
c.    Karakteristik Waktu
1)   Distribusi waktu (siang/malam) kejadian
Distribusi kecelakaan lalu lintas berdasarkan jam kejadian dapat dilihat pada Tabel 5.11 dan Grafik 7.
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Waktu (Siang/malam) Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Periode Tahun 2005-2009
Waktu kejadian
Tahun
Total
2005
2006
2007
2008
2009
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Siang
Malam
42
1
97.7
2.3
35
20
63.6
36.4
40
3
93.0
7.0
93
14
86.9
13.1
93
20
82.3
17.7
303
58
83.9
16.1
Total
43
100
55
100
43
100
107
100
113
100
361
100
Sumber : Data Sekunder
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 361 korban kecelakaan lalu lintas yang ditemukan selama 5 tahun terakhir, waktu (siang/malam) kejadian kecelakaan lalu lintas terbanyak terjadi pada siang hari yaitu sebesar 83.9%, sedangkan pada malam hari hanya sebesar 16.1%
Sumber : Data Sekunder
Grafik 7 :  Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Waktu (Siang/malam) Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Periode Tahun 2005-2009.
Dari grafik 7 menunjukkan bahwa korban kecelakaan lalu lintas dengan berdasarkan waktu (siang/malam) kejadian dari tahun 2005 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan. Kejadian kecelakaan pada siang hari mengalami peningkatan dari 42 korban pada tahun 2005 menjadi 93 korban pada tahun 2009. Sedangkan pada malam hari yaitu pada tahun 2005 sebanyak 1 korban meningkat menjadi 20 korban pada tahun 2009.
2)   Distribusi bulan kejadian
Bulan kejadian kecelakaan dibagi menjadi pertiga bulan dengan empat kategori, yaitu Januari-Maret, April-Juni, Juli-September, dan Oktober-Desember. Distribusi bulan kejadian dapat dilihat pada tabel 5.12 dan grafik 8.
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Kategori Bulan
Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Periode Tahun 2005-2009

Kategori Bulan
Tahun
Total
2005
2006
2007
2008
2009
n
%
n
%
N
%
n
%
n
%
N
%
Januari-Maret
April-Juni
Juli-September
Oktober-Desember
13
10
12
8
30.2
23.3
27.9
18.6
28
8
6
13
50.9
14.5
10.9
23.6
17
11
8
7
39.5
25.6
18.6
16.3
40
26
22
19
37.4
24.3
20.6
17.8
27
25
39
22
23.9
22.1
34.5
19.5
125
80
87
69
34.6
22.2
24.1
19.1
Total
43
100
55
100
43
100
107
100
113
100
361
100
Sumber : Data Sekunder
Sumber : Data Sekunder
Grafik 8 :  Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Kategori Bulan Di Wilayah Kerja Polres Mamuju Periode Tahun 2005-2009.

Tabel 5.12 dan Grafik 8 menunjukkan bahwa dari 361 korban kecelakaan lalu lintas yang ditemukan selama 5 tahun terakhir, bulan kejadian kecelakaan lalu lintas terbanyak adalah pada bulan Januari-Maret yaitu sebanyak 125 korban (34.6%). Sedangkan yang terendah adalah  pada bulan Oktober-Desember yaitu sebesar 69 korban (19.1%).
B.   Pembahasan
Berdasarkan hasil penyajian data di atas dapat diperoleh beberapa informasi berupa fakta-fakta penelitian yang ada di lapangan sebagai berikut :
1.    Karakteristik orang
a.    Distribusi berdasarkan umur
          Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang dalam studi epidemiologi menjadi variabel yang cukup penting karena sejumlah penyakit yang ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh umur. Peranan variabel umur menjadi cukup penting antara lain karena : Pertama, studi tentang hubungan variasi suatu penyakit dengan umur dapat memberikan gambaran tentang faktor penyebab penyakit tersebut. Kedua, umur dapat merupakan faktor sekunder yang harus diperhitungkan dalam mengamati atau meneliti perbedaan frekuensi penyakit terhadap variabel lainnya (Nur Nasry Noor, 2008).
          Berdasarkan hasil penelitian, bahwa umur 20-29 dan 30-39 tahun lebih banyak mengalami kecelakaan lalu lintas, dikarenakan pada umur ini lebih banyak melakukan aktifitas diluar rumah, selain itu mereka juga memiliki pengalaman yang masih kurang terhadap sistem jalan, sehingga kurang mampu untuk memperkirakan atau bereaksi terhadap situasi yang berbahaya mendapat kecelakaan. Kemudian pada kelompok umur 10-19 tahun juga rentan mengalami kecelakaan lalu lintas dengan alasan selain memiliki pengalaman yang kurang tentang sistem jalan juga disebabkan karena faktor perilaku. Biasanya remaja mengendarai kendaraannya secara sembrono atau ugal-ugalan, apalagi jika mengendarai kendaraan sepeda motor biasanya cenderung terlibat aksi kebut-kebutan di jalan, bisa saja hal ini merupakan salah satu situasi yang sangat berbahaya untuk mendapatkan kecelakaan. Sedangkan umur 50-99 dan 60 tahun keatas lebih sedikit mengalami kecelakaan lalu lintas dikarenakan oleh makin menuanya seseorang maka lebih lambat reaksi-reaksinya dan penglihatannya akan rusak, akan tetapi mereka akan cenderung untuk mengemudikan kendaraannya lebih lambat sebagai kompensasi dari keadaan tersebut. Selain itu, mereka juga mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam mengemudikan kendaraan.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang didapatkan oleh Icawati (2003) di Makassar, yang melakukan penelitian tentang karakteristik pasien korban kecelakaan lalu lintas yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat RSU Labuang Baji Makassar periode Januari-Desember 2002. Hasil penelitian tersebut mendapatkan bahwa dari 327 kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 204 kasus terjadi pada golongan umur 15-49 tahun, 31 kasus kecelakaan menimpa golongan umur diatas 50 tahun dan 81 kasus terjadi pada golongan di bawah umur 15 tahun. Hal yang sama juga didapatkan oleh hasil penelitian Pratiwi Amin (2008) yang melakukan penelitian tentang gambaran epidemiologi kecelakaan lalu lintas di Polwiltabes Makassar tahun 2003-2007. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, kelompok umur tertinggi terdapat pada usia 20-28 tahun (37%). Sedangkan yang terendah adalah kelompok umur 4-12 tahun dan 68-76 tahun masing-masing sebesar 1,7% (5 kasus).


b.    Distribusi berdasarkan jenis kelamin
            Jenis kelamin merupakan karakteristik organ yang melekat pada setiap individu. Karakteristik ini berhubungan dengan kejadian beberapa penyakit. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor resiko yang lebih cenderung mengalami kontak dengan jenis kelamin ( Eko Budiarto dan Dwi Angraeni, 2003).
            Variabel jenis kelamin merupakan salah satu variabel diskriptif yang dapat memberikan perbedaan angka kejadian pada pria dan wanita.
            Jenis kelamin sehubungan dengan kejadian suatu masalah kesehatan juga berhubungan dengan aktifitas yang dilakoni berbeda dengan antara laki-laki dan perempuan, dimana pada laki-laki memiliki aktifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan sehingga kontaminasi denga berbagai faktor resiko penyebab penyakit pun lebih tinggi pada laki-laki.
            Pada kejadian kecelakaan lalu lintas, aspek jenis kelamin juga menjadi bahan pertimbangan terhadap interpretasi tingginya kejadian kecelakaan lalu lintas terutama dijalan raya. Hal ini disebabkan karena pada induvidu-individu pengguna jalan raya cenderung lebih banyak yang memanfaatkan kendaraan dalam hal ini pengendara adalah pada laki-laki dibandingkan perempuan sehingga kejadian kecelakaan lalu lintas sendiri pun lebih cenderung pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis kelamin laki-laki yang terlibat kecelakaan cenderung mengalami peningkatan kasus tiap tahunnya. Jumlah korban laki-laki yang mengalami kecelakaan dari tahun 2005-2006 meningkat sebesar 83.6% (33 korban menjadi 46 korban), tapi pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 35 korban (81.4%), pada tahun 2008 kembali mengalami peningkatan dengan 81 korban (75.7%), hingga tahun 2009 meningkat sebanyak 89 korban (78.8%).
            Hal ini disebabkan karena kaum laki-laki pada usia produktif ini notabene memiliki peran aktif dalam melakukan aksi di jalan raya termasuk mengendarai kendaraannya terutama sepeda motor yang paling banyak dikendarai oleh pengemudi laki-laki.
            Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi Amin (2008) di Makassar yang menunjukkan bahwa korban/pelaku kecelakaan lalu lintas yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding jenis kelamin perempuan yaitu laki-laki dengan jumlah kasus sebanyak 252 kasus (88%) sedangkan perempuan 36 kasus (13%).
c.    Distribusi berdasarkan tingkat kefatalan
Tingkat kefatalan adalah diagnosis kecelakaan yang dilakukan oleh petugas kepolisian pada korban setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 361 korban/pelaku kecelakaan lalu lintas yang ditemukan selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2005 hingga tahun 2009, yang mengalami kematian (meninggal dunia) akibat kecelakaan lalu lintas menduduki posisi tertinggi sebanyak 216 korban (59.8%) dari 361 korban, diikuti luka berat 82 korban (22.7%), dan luka ringan 63 korban (17.5%).
Apabila dicermati secara seksama, tingginya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas, pada beberapa kasus disebabkan oleh tingkat kecelakaan yang memang amat parah dan sangat mematikan. Akibatnya, pengendara dapat langsung meninggal beberapa detik setelah kecelakaan tanpa mendapat pertolongan yang berarti atau kecacatan menjadi permanen karena kehilangan salah satu bagian tubuh di lokasi kecelakaan (Astaqauliyah, 2006).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit Laka Polres Mamuju Bapak I Made Sentana, mengatakan bahwa korban yang memerlukan pertolongan di jalan raya belum dapat ditolong dengan cepat. Masyarakat biasanya memang sukarela akan memberikan pertolongan, namun mereka tak dibekali kemampuan menolong orang dengan benar. Ambulans biasanya terlambat datang. Jika korban berhasil dibawa ke rumah sakit sering kali dia harus menghadapi berbagai hambatan seperti biaya. Dan korban kecelakaan lalu lintas paling banyak dialami oleh berjenis kelamin laki-laki, ini dikarenakan oleh laki-laki paling banyak menggunakan kendaraan bermotor dan sering balap-balapan serta yang masih remaja sering tidak mematuhi peraturan lalu lintas, demi keselamatan pengemudi.
2.    Karakteristik tempat
Karakteristik tempat dalam penelitian ini adalah lokasi rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas di wilayah Kabupaten Mamuju dan terdata dalam buku registrasi pelanggaran dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Di wilayah keja Polres Mamuju ada 15 Polsek atau 15 kecamatan. Berdasarkan data dari Polres Mamuju di semua kecamatan tercatat wilayah rawan kecelakaan. Wilayah rawan kecelakaan di Polres Mamuju dikategorikan kedalam daerah/jalanan yang padat akan kendaraan, jalan yang berkelok-kelok disertai dengan pendakian dan penurunan, dan jalan yang sempit.
Wilayah rawan kecelakaan adalah lokasi rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas berdasarkan wilayah pembagian kerja Polres beserta jajarannya sesuai yang tercatat dalam buku registrasi unit kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan selama lima tahun terakhir dari tahun 2005 hingga 2009 dari 361 korban, yang tertinggi terjadi didaerah Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Kalukku yaitu masing-masing sebesar 17.5%, dimana didaerah rawan kecelakan sebesar 19.8% dan tidak rawan kecelakaan sebesar 11.7%. Sedangkan jumlah kecelakaan terendah berada didaerah Kecamatan Bonehau yaitu sebesar 1.1%.
Melihat hasil penelitian tersebut, bahwa wilayah Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Kalukku merupakan lokasi paling rawan terjadinya kecelakaan. Hal ini disebabkan karena wilayah Kecamatan Mamuju merupakan pusat kota Kabupaten Mamuju dan Ibu Kota Provinsi Sulbar, dimana memiliki anatomi jalan yang padat arus lalu lintas,  banyak persimpangan, banyak penyeberang jalan, dan kendaraan yang lewat melaju dengan kecepatan tinggi karena kondisi jalanan yang mulus, serta keadaan jalan dipinggir kota yang berkelok-kelok. Sedangkan wilayah Kecamatan Kalukku merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Mamuju, dan memiliki karakteristik jalan menyerupai Kecematan Mamuju serta aktifitas masyarakat yang padat.
Berdasarkan hasil penelitian ini pengawasan dari pihak kepolisian di lapangan dalam mengantisipasi terjadinya kecelakaan sudah cukup baik, akan tetapi bagi pengendara di jalan diperlukan kesadaran pentingnya keselamatan diri di jalan, mematuhi dan memahami sistem/peraturan marka jalan terutama   penggunaan traffic light, memakai alat pengaman seperti seat belt, helm. Juga dibutuhkan kesabaran jika terjadi kemacetan di jalan, penyediaan pemberhentian kendaraan penumpang umum yang memadai. Fasilitas bagi pejalan kaki masih kurang dan disiplin pejalan kaki masih rendah, oleh karena itu diperlukan penyediaan fasilitas penyebrangan yang memadai.
Faktor jalanan terdiri dari keadaan fisik jalanan dan ketersediaan rambu-rambu lalu lintas. Jalan yang dipenuhi dengan rambu-rambu lalu lintas dapat mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Karena rambu tersebut bisa menjadi peringatan bagi pengguna jalan. Kemacetan di jalan raya dapat menyebabkan kecelakaan, begitu pula jalanan yang sepi rawan terhadap kecelakaan karena memancing pengguna jalan yang menggunakan kendaraan untuk ngebut. Keadaan jalan yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah struktur jalanan (datar/mendaki/menurun, lurus/berkelok-kelok), kondisi jalanan (mulus/berlubang-lubang/berbatu-batu), luas jalanan (jalan tol, lorong sempit), dan status jalanan (jalan desa/jalan propinsi/negara)(Wikipedia, 2010).
Selain faktor jalan, faktor lingkunganpun memberikan kontribusi untuk menyebabkan kecelakaan lalu lintas sebesar 1 %. Yang termasuk dalam faktor ini adalah kondisi cuaca dan geografik. Adanya kabut, hujan, dan jalan licin dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas (Wikipedia, 2010).
3.    Karakteristik waktu
Berdasarkan karakteristik waktu, penelitian hanya berfokus pada dua variabel. kedua variabel tersebut akan dibahas dengan hasil penyajian data yang diperoleh dari penelitian dilapangan, yaitu sebagai berikut :
a.    Distribusi berdasarkan waktu (siang/malam) kejadian
Karakterisrik berdasarkan waktu (siang/malam) kejadian dalam penelitian ini yaitu mengacu pada waktu kejadian kecelakaan lalu lintas berdasarkan data dari catatan buku induk laka lantas Polres Mamuju.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa  jumlah kecelakaan lalu lintas dalam 5 tahun terakhir berdasarkan waktu (siang/malam) kejadian, palig banyak kejadian kecelakaan yaitu pada siang hari sebesar 303 korban (83.9%). Hal ini dikarenakan, pada siang hari dipengaruhi oleh kepadatan arus lalu lintas di jalan raya akibat menjalankan aktivitas dan kegiatan bagi para pengendara, sehingga memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas serta pada siang hari aktifitas masyarakat yang padat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Salfa Jibran (2007) di Luwuk Kabupaten Banggai yang menunjukkan bahwa korban kecelakaan lalu lintas lebih banyak terjadi pada siang hari karena aktifitas masyarakat lokal yang padat ditambah dengan adanya pengaruh dari kelelahan akibat aktifitas masyarakat sebelumnya seperti aktifitas kerja.
b.    Distribusi berdasarkan bulan kejadian
Karakteristik berdasarkan bulan kejadian dalam penelitian ini yaitu berdasarkan data dari Polres Mamuju dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Karakteristik bulan kejadian dibagi atas empat kategori  atau pertriwulan, yaitu Januari-Maret, April-Juni, Juli- September, dan Oktober-Desember.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas dari 361 korban yang ditemukan selama 5 tahun terakhir, kategori bulan kecelakaan lalu lintas terbanyak adalah pada bulan Januari-Maret yaitu sebesar 34.6%, diikuti pada bulan Juli-September sebesar 24.1%, April-Juni sebesar 22.2%, dan Oktober-Desember sebesar 19.1%.
Hal ini menunjukkan bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas pada bulan Januari-Maret merupakan perayaan awal tahun, faktor cuaca dan iklim, biasanya pada bulan-bulan ini terjadi musim penghujan yang memicu terjadinya kejadian kecelakaan. Kejadian kecelakaan lalu lintas pada bulan Juli –September, pada bulan-bulan ini terjadi kepadatan  kendaraan lalu lintas akibat dari kelulusan siswa-siswa SMA yang biasanya konvoi bersama dan pendaftaran diperguruan tinggi, hal tersebut bisa memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kejadian kecelakaan lalu lintas pada bulan April-Juni merupakan waktu peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, yang biasanya diikuti oleh cuaca yang kurang mendukung dan ekstrim. Sedangkan pada bulan Oktober –Desember merupakan waktu-waktu perayaan hari besar islam, seperti bulan ramadan/puasa yang mengkibatkan orang lebih memilih didalam dibandingkan keluar rumah.































BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Karakteristik orang
a.       Berdasarkan hasil penelitian selama lima tahun terakhir yakni tahun 2005-2009, kelompok umur tertinggi terdapat pada usia 30-39 tahun. Sedangkan yang terendah adalah kelompok umur ≥60 tahun.
b.      Korban/Pelaku kecelakaan lalu lintas yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding jenis kelamin perempuan.
c.       Berdasarkan tingkat kefatalan korban/pelaku yang mengalami kematian (meninggal dunia) akibat kecelakaan lalu lintas menduduki posisi tertinggi diikuti luka berat dan luka ringan.
2.      Karakteristik tempat
Wilayah rawan kecelakaan tertinggi selama lima tahun terakhir adalah wilayah Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Kalukku.
3.      Karakteristik waktu
a.       Berdasarkan penelitian selama lima tahun terakhir yakni tahun 2005-2009, waktu kejadian kecelakaan lalu lintas terbanyak terjadi pada siang hari dan terendah pada malam hari.
b.      Bulan kejadian kecelakaan lalu lintas terbanyak adalah pada bulan Januari-Maret, diikuti bulan Juli-September, April-Juni dan Oktober-Desember.
B.     Saran
Setelah melakukan penelitian di Polres Mamuju, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut :
1.  Karakteristik orang
a.    Diharapkan para pengendara/pengemudi kendaraan pada usia produktif, yaitu usia yang banyak melakukan aktifitas diluar rumah, agar mematuhi peraturan lalu lintas, seperti memakai helm, sabuk pengaman, dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas serta rutin melalukan servis kendaraannya.
b.    Diharapkan para pengendara/pengemudi laki-laki maupun perempuan lebih berhati-hati dalam mengendarai/mengemudikan kendaraannya, tidak balap-balapan dijalan raya, mematuhi rambu-rambu lalu lintas demi keselamatan diri dan selalu memperhatikan kondisi kendaraan.
c.    Diharapakan para pengendara/pengemudi kendaraan, lebih memperhatikan keselamatan diri dengan memakai alat pengaman, agar tingkat kefatalan seperti meninggal dunia dan luka berat dapat terhindar serta kendaraanpun dalam keadaan layak pakai.
2.  Berdasarkan hasil penelitian diharapakan para pemerintah daerah yang memiliki daerah rawan kecelakaan, dilakukan pembenahan fisik jalan yang sudah rusak, perbaikan marka jalan, pemasangan rambu-rambu lalu lintas, dan hal lain yang bisa menimbulkan kecelakaan lalu lintas serta pengawasan yang lebih signifikan terhadap pengguna jalan.
3.  Karakteristik waktu
a.    Pengemudi/pengendara kendaran pada siang hari, apabila megalami kelelahan sekiranya beristirahat, lebih berhati-hati mengendarai kendaraannya karena pada siang hari dipadatkan dengan aktifitas masyarakat yang bisa menimbulkan kecelakaan.
b.    Diharapkan para pengendara/pengemudi kendaraan lebih mengenali musim/cuaca pada bulan-bulan tertentu, seperti musim hujan, musim mudik dan arus mudik, dan hari-hari besar lainnya dikarenakan pada waktu-waktu tersebut sering terjadi kecelakaan.